Jumat, 29 Maret 2024

Gelar Bapak Pembangunan Jadi Siasat Intelijen 'Gulingkan' Soeharto, Tapi Gagal dan Sang Jenderal Terus Berkuasa

Senin, 13 Februari 2023 14:59

PRESIDEN KE-2 - Mantan Presiden RI Soeharto. Foto: Commons Wikimedia

VONIS.ID - Lamanya Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia, ternyata tak terlepas dari banyaknya pertentangan di internal kepresidenan.

Sejumlah cara dilakukan sejumlah pihak agar membuat Presiden Soeharto tidak memperpanjang masa kerjanya sebagai orang nomor 1 di Indonesia.

Dilansir dari Sindonews.com, Presiden Soeharto mulai mendapat intervensi dari orang-orang terdekat pada saat usia kekuasaannya telah menginjak 16 tahun.

Sejak tahun 1983, Soeharto sudah diharapkan berjiwa besar meletakkan jabatan.

Panjangnya waktu 16 tahun sebagai Presiden Indonesia dianggap sudah lebih dari cukup.

Bahkan dinilai setara dengan empat kali masa jabatan Presiden Amerika Serikat.

Intervensi itu datang dari pimpinan tertinggi Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara) Jenderal Yoga Sugomo.

Soeharto disarankan memberikan tongkat kepemimpinan nasional kepada yang lain.

Sebagai petinggi intelijen, Yoga memiliki perhitungan untuk menyelamatkan Soeharto.

Ia berpandangan kekuasaan yang terlalu lama bisa menimbulkan ekses buruk, di antaranya perasaan jenuh.

Kekuasaan yang terlalu lama juga mendatangkan perasaan keakuan yang berlebihan, termasuk akan merasa paling tahu sehingga sulit menerima kritik atau pendapat berbeda.

Dan Yoga sudah menangkap indikasi itu.

“Yang lebih mengkhawatirkan adalah bila timbul perasaan dan sikap yang mencampuradukkan masalah pribadi dengan pemerintahan, bahkan negara,” demikian yang tertulis dalam buku Jenderal Yoga Loyalis di Balik Layar (2018).

Yoga Sugomo merupakan salah orang kepercayaan Soeharto di bidang intelijen.

Terlahir 12 Mei 1925, Yoga berasal dari lingkungan santri di Kauman, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Pasca agresi militer Belanda ia bertugas sebagai perwira intelijen pada staf territorium militer di Banyumas.

Di departemen pertahanan, Yoga pernah menjadi staf Kolonel Zulkifli Lubis yang kala itu menjabat Kepala Badan Informasi Staf Angkatan Perang (Bisap).

Halaman 
Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Beritakriminal