Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS, Nasir Djamil, menyampaikan keprihatinannya atas keterlibatan Warga Negara Indonesia (WNI) dalam jaringan na...
VONIS.ID - Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS, Nasir Djamil, menyampaikan keprihatinannya atas keterlibatan Warga Negara Indonesia (WNI) dalam jaringan narkoba internasional.
Pernyataan ini merespons kasus Dewi Astutik (43 tahun), buronan Interpol dan Badan Narkotika Nasional (BNN), yang diduga menjadi otak penyelundupan 2 ton sabu senilai Rp 5 triliun, yang terhubung dengan jaringan Fredy Pratama.
“Bukan hanya terorisme, sindikat peredaran gelap narkoba juga menggunakan perempuan dalam bisnis haramnya itu. Tentu ini sangat memprihatinkan,” ujar Nasir, Minggu (1/6/2025) dikutip dari detikcom.
Nasir mendesak aparat penegak hukum untuk segera menangkap Dewi.
Ia menilai penangkapan ini penting untuk mengungkap jaringan lebih luas.
“Kami percaya BNN, Interpol, dan institusi terkait mampu menemukan dan menangkap Dewi Astutik,” tegasnya.
Nama Dewi Astutik sempat membuat geger warga Dusun Sumber Agung, Ponorogo, setelah disebut dalam daftar buronan BNN.
Namun, Kepala Dusun, Gunawan, memastikan bahwa Dewi bukan warga asli dusun tersebut.
“Kalau alamatnya Balong memang benar, tapi dia bukan warga asli sini,” ujar Gunawan, Rabu (29/5).
Ia mengungkapkan bahwa Dewi sempat menjadi TKW di berbagai negara, seperti Taiwan, Hong Kong, dan terakhir Kamboja.
Kepala Kantor Imigrasi Ponorogo, Happy Reza Dipayuda, menjelaskan bahwa Dewi mengaku sebagai TKI untuk menyamarkan aktivitasnya.
“Sebetulnya dia bukan TKI sungguhan. Di luar negeri, tugasnya mencari kaki tangan untuk jadi kurir narkoba,” kata Happy, Kamis (29/5).
Menanggapi kasus ini, pihak Imigrasi bersama BNN menggelar rapat Timpora (Tim Pengawasan Orang Asing) untuk memperkuat pengawasan di wilayah Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek.
BNN dan Interpol saat ini terus melacak keberadaan Dewi Astutik yang diduga kuat berperan sebagai perekrut dalam jaringan narkoba internasional. (*)